Langit yang sedang senang-senangnya menurunkan hujan bisa membuat kestabilan tebing menjadi berkurang. Tidak hanya tebing tanah saja, lahan miring yang berupa batuan pun akan semakin tidak stabil saat cuaca sedang ekstrim. Kaki-kaki hujan menggerus tebing itu. Celah yang muncul di tebing membuat air hujan masuk dan menambah beban yang harus ditopang oleh tebing.
Tebing akan runtuh saat beban yang bekerja padanya sudah melebihi kemampuan yang ia miliki. Secara umum, ada dua tipe keruntuhan tebing batu, yaitu keruntuhan global (tebing runtuh seluruhnya) dan keruntuhan lokal (hanya bagian-bagian kecil dari tebing yang runtuh). Kali ini, saya akan membagi suatu cara menangani ancaman keruntuhan lokal yang biasanya berupa gelindingan batuan menuruni tebing. Batu-batu ini sangat berbahaya bagi aktivitas di kaki tebing, baik itu perumahan maupun jalan raya.
Secara sederhana, ide dari metode ini adalah menjaring reruntuhan batu agar tidak keluar dari lingkungan tebing. Ada dua tipe penanganan. Pertama, batu dibiarkan tersangkut di jaring sehingga tidak menggelinding ke kaki tebing. Kedua, batu dibiarkan menggelinding ke kaki tebing tapi dengan kecepatan yang bisa ditoleransi.
Jaring yang bisa digunakan, salah satunya, berbentuk seperti gambar berikut.
![]() |
Skema jaring tebing |
![]() |
Jangkar yang dicor ke lereng batu |
Skala jaring yang besar membuat pemasangan jaring agak menyulitkan. Sehingga, untuk pemasangan kadang-kadang digunakan helikopter. Capung besi itu akan membawa jaring untuk diturunkan di lokasi penempatan. Beberapa pekerja sudah bersiap di bawah menyambut jaring.
![]() |
Pemasangan jaring di lereng menggunakan helikopter |
Terlepas dari kekurangan itu, metode ini relatif lebih murah dari cara lain. Misalnya saja bila dibandingkan dengan pemakuan tebing dengan baja yang menembus sampai garis keruntuhan. Sehingga, cara ini banyak digunakan untuk tebing yang hanya terancam mengalami keruntuhan kecil berupa gerombolan batuan.