Sebagai menteri pertahanan rasanya eman kalau membawa Indonesia sibuk dengan urusan persenjataan dan investasi alat-alat militer saja. Apalagi pilihan politik luar negeri Indonesia adalah berpijak pada many friends no enemy. Mau perang sama siapa? Kekuatan militer sebuah negara memang penting, sebab terkonsolidasinya kekuatan militer jadi modal guna memperkuat fungsi deterrence alias menggentarkan musuh.
Tapi itu saja belum cukup karena peta global kekuatan militer berubah orientasi juga seiring perkembangan zaman dan teknologi. Pengembangan kekuatan militer harus diikuti kemampuan penguasaan teknologi informasi.
Apa pasalnya? Perang di era informasi global masa depan bukan lagi soal teknologi pembunuh massal tapi perang informasi, perang penguasaan data.
Rasa aman sebuah komunitas di masa depan bahkan bergantung pada informasi dasar. Kesehatan, misalnya.
Boleh saja dibantah pendapat ini.
Namun secara kasatmata sudah mulai fenomena wabah atau pandemi telah mengubah sistem keamanan dan pertahanan nasional di tiap negara atau kawasan.
Pandemi akibat Covid-19 yang bermula di China selama tahun 2019 jelas sekali memberi sinyal berubahnya world of view atau cara pandang warga dunia untuk isu kesehatan sebagai bagian strategis sistem pertahanan dan keamanan. Sejarah pandemi dunia di masa lalu juga telah memberikan pelajaran kalahnya sebuah negara gegara tentaranya terkena influenza, terpapar virus yang mematikan kala itu.
IoT atau internet of thing adalah titik kemajuan teknologi informasi terkini yang bisa dikenali penguasaan dan penggunaan di tiap negara.
Pemanfaatan teknologi informasi untuk kebutuhan damai menjadi populer dalam beberapa waktu.
Contoh sederhana, penggunaan jam digital untuk memantau kondisi kesehatan. Aplikasinya jelas diproduksi oleh perusahaan produsen jam digital. Harganya murah dan mudah digunakan, sebab produsen menyasar berlimpahnya data yang bisa terkumpul, secara gratis dan sukarela yang diserahkan penggunanya.
Namun, dibalik semua itu secara tidak sadar sebagai pengguna ada beragam identitas dan kondisi kesehatan individu dikumpulkan, diserahkan untuk dikelola menjadi data strategis, berguna bagi beragam hal utamanya hasil analisis data yang terkumpul.
Apa saja?
Whatsapp yang dalam perjalanan sejarah bisnis akhirnya dibeli Facebook misalnya. Whatsapp sudah memberikan peringatan kepada pengguna bahwa dalam waktu dekat akan menggabungkan atau mengintegrasikan sistem pelayanan dengan induk perusahaan. Data pribadi pengguna disimpan dalam server milik Facebook dengan konsekuensi beragam informasi pengguna bisa digunakan oleh perusahaan milik Mark Zuckerberg.
Tak ada lagi data privacy yang selama ini jadi keunggulan Whatsapp dengan kemampuan enkripsi untuk menjaga kerahasian informasi.
Itu satu contoh sederhana perang digital, perang informasi terkini. Belum lagi soal Google yang lebih awal mengumpulkan database informasi dari seluruh dunia dari jutaan pengguna aktif mereka.
Kedaulatan Digital
Seperti kita pahami bersama, di masa depan batas-batas geografis antar-negara sudah terkikis fungsinya.
Secara fisik bisa terlihat batasnya, teritorinya. Namun secara virtual, semua hal sudah menerabas batas fisik dan geografis. Adanya beragam aplikasi yang disebutkan memudahkan kehidupan manusia tersedia.
Coba saja cek berapa aplikasi yang terpasang di gadget atau telepon pintar milikmu. Semakin banyak aplikasi yang terinstall semakin banyak pula data yang terekam oleh tiap aplikasi.
Kita sebagai pengguna atau konsumen harus bijak dalam berinteraksi dengan memahami betul perkembangan teknologi informasi.
Rasanya eman-eman kalau ke depan ahli lulusan terbaik dari beragam universitas hanya mau berhenti jadi karyawan, jadi buruh saat pulang kerja. Harus ada revolusi digital yang penting digelorakan. Jangan hanya senang menjadi konsumen produk, jadi sekedar pengguna manfaat tapi lebih jauh menjadi produsen dan pengelola data.
Menghadapi kondisi demikian, apa yang perlu dikerjakan oleh mantan calon Presiden, Prabowo Subianto yang kini jadi bagian Menteri Pertahanan dan Keamanan?
Kedaulatan digital penting dijalankan agar negeri ini tak bergantung pada aplikasi luar semata, yang mengumpulkan data/informasi sedetail mungkin.
Melalui pendidikan, evaluasi ketahanan dan keamanan rasanya lebih pas dikerjakan. Sudah saatnya pula memberikan bekal pengetahuan dasar kepada rakyat Indonesia agar tak mudah silau atau sukarela dalam memberikan data.
Soal bela negara, hal yang berkaitan dengan masalah pertahanan dan keamanan negara, di masa kini tak harus selalu ikut angkat senjata. Ada banyak peran yang bisa dikerjakan. Cukup dengan jemari dan jempol, kita bisa berkontribusi dalam upaya berjuang membela negara.
Siapa mau?
#ceritapinggirjalan
#isupublik