Kalimat ini anjuran dari seorang professor kampus ternama. Agak ragu juga awalnya untuk percaya. Punya uang, tanam ke dalam tanah. Apa untungnya?
Nah, untuk menjalankan anjuran tersebut, mulailah saya menjalankan aktivitas menanam jadi kebiasaan. Rasanya eman-eman, tatkala sejengkal tanah dibiarkan begitu saja tanpa tumbuhan. Tanah gersang, kering dan berdebu semata adalah mimpi buruk yang bikin tak nyenyak tidur.
Jangan heran, kalau ada orang yang bisa berlama-lama di kebun, di sawah, bahkan di hutan hanya untuk urusan tanaman. Memastikan tanaman bisa tumbuh baik dan subur, membuahkan hasil untuk bisa dipanen.
Memberi makna lebih atas kalimat tanamlah uangmu ke dalam tanah dalam pengertian harfiah memang lebih pas jika dijalankan lewat tindakan. Bukan hanya sekedar dalam model diskusi apalagi sekedar obrolan, jadi angan-angan yang tak pernah terlaksana.
Saat tanaman hidup, ada banyak ragam kehidupan penyerta yang mengikutinya. Manusia mengenal flora dan fauna untuk memahami aneka tanaman, tumbuhan juga hewan yang ada di sekitar ekosistem lahan, kebun, sawah, pekarangan maupun hutan.
Maka, kalimat anjuran tanamlah uangmu ke dalam tanah bisa menemukan makna kontekstualnya. Ada hasil berlipat ganda saat uang tak hanya berwujud duit.
Ada beragam keuntungan saat uang tak berada dalam angka satuan, puluhan, belasan, ratusan, ribuan, jutaan sampai triliun jumlahnya. Nilai mata uang, lebih berguna ketika berubah wujud, tak sekedar nominal belaka.
Mulai Soneta hingga artis Barat sana sudah bernyanyi nyaring soal uang, soal duit. Silakan memilih lagumu sendiri.
Jadi pencari uang atau memilih versi uang yang mencari kita. Kita bekerja untuk dapat uang atau sebaliknya uanglah yang mengejar kita agar bisa berlipat ganda.
Bagaimana? Cocok?
Jangan sampai sebaliknya gegara uang jadi pesakitan, jadi menderita, jadi terpidana karena kepincut uang panas hasil korupsi.
Saat ini, musim hujan. Saatnya musim panen air, waktunya menanam uangmu ke tanah lebih banyak.
#ceritapinggirjalan