Roasting politics artinya apa? Kalau ada pertanyaan begini, kira kira bagaimana jawaban mesin AI (artificial intelligence) ya? Saya mencoba menanyakannya ke ChatGPT yang dikembangkan oleh Open AI. Begini hasilnya:
Roasting politik adalah praktik satir atau humor yang digunakan dalam dunia politik untuk mengkritik atau mengolok-olok politisi, partai politik, atau isu-isu politik tertentu. Ini seringkali melibatkan penggunaan lelucon, sindiran, atau bahasa yang menghibur untuk mengekspos ketidaksempurnaan atau kebijakan yang kontroversial.
Roasting politik dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk pidato humor, acara televisi atau radio, parodi, atau melalui media sosial. Tujuannya adalah untuk menggambarkan politisi atau kebijakan dengan cara yang lucu atau menyindir, sehingga menyoroti masalah-masalah yang perlu diperhatikan oleh masyarakat.ChatGPT, 4 November 2023
Praktik ini umumnya tidak bermaksud merendahkan politisi atau isu-isu politik secara serius, tetapi lebih pada penyampaian kritik atau pandangan yang terkadang tajam dengan nada humor. Namun, perlu diingat bahwa roasting politik bisa menjadi subjektif, dan apa yang dianggap lucu oleh satu orang mungkin tidak lucu bagi yang lain.
Jawaban dari AI bisa berbeda antar-orang, tergantung kalimat permintaan yang diinput. Silakan mencobanya dan berikan jawaban tiap mesin di kolom komentar ya.
Politisi dan komedian dalam kuasa panggung politik sudah hadir dalam keseharian kehidupan bangsa-bangsa di dunia. Itulah buah popularitas, di panggung yang bertemu harapan publik dan realitas.
Hal-hal lucu dan cerita-cerita lucu bukan datang begitu saja alias peristiwa sederhana yang dipanggungkan. Komedi juga hal serius, setidaknya bagi mereka yang punya minat pada bidang ini. Komedian sudah jadi profesi baru, yang menjadi cita cita.
Ada nama Kiky Saputri, yang kini tengah populer di panggung politik jelang Pilpres 2024. Sebagai komedian, dirinya mendapatkan tempat terhormat di hadapan politisi. Ia bukan sekadar jadi sumber cerita lucu ala Abu Nawas semata. Lebih jauh dari itu, ia me-roasting tokoh dan pejabat publik.
Sosoknya cukup aktif di medsos dan dirinya jelas memahami posisi spotlight yang tengah mengarah kepada dirinya. Ia jelas menikmatinya. Banyak juga orang senang dan terhibur atas kelucuan yang dibuatnya. Simak dan googling saja kalau kepo. Bagaimana urusan roasting bersama Ganjar Pranowo, disoroti tajam secara luas, sebab ada yang boleh dibahas dan ada yang tak boleh dibahas katanya. Jelas, beda jauh dengan Najwa Shihab, jurnalis perempuan yang lekat dengan hal-hal serius di panggung politik nasional. Kontras, tentu saja. Kesamaan keduanya adalah suka hal-hal tepi jurang, kata netijen. Keduanya berada di spotlight panggung.
Bisa jadi inilah hal-hal yang baru dalam sejarah politik kebangsaan terkini. Sangat kontras dengan narasi politik di tahun-tahun sebelumnya. Komedi dan kekuasaan, jika hendak ditelaah dan diperbincangkan lebih serius, duh, lagi-lagi serius, tentu bisa menghadirkan bukan saja tawa tapi juga tragedi.
Apa contohnya? Volodimyr Zelensky, Presiden Ukraina terpilih misalnya. Ia populer, pemilih suka, dan akhirya menang. Sayang, dalam perjalanan kepemimpinan, ia dinilai gagal melindungi warga negaranya karena kesalahan pilihan politik kekuasaan.
Bisa jadi inilah hal-hal yang baru dalam sejarah politik kebangsaan terkini. Sangat kontras dengan narasi politik di tahun-tahun sebelumnya. Komedi dan kekuasaan, jika hendak ditelaah lebih serius, tentu bisa menghadirkan bukan saja tawa tapi juga tragedi.”
Pak Wali
Ok deh, ndak usah jauh ke luar negeri. Indonesia punya sejarah pemimpin lucu yang disukai banyak orang termasuk lawan politiknya. Presiden Abdurahman Wahid alias Gus Dur. Lelucon dan cerita komedinya banyak diingat dan diceritakan ulang sampai hari ini. Sayangnya, usia kekuasaan yang dimilikinya tak lama. Banyak orang rindu model kepemimpinan Gus Dur. Tentu saja bukan sekadar kelucuan yang dibuat, tapi pilihan rasional kekuasaan yang melekat.
Politik (kuasa) tawa banyak orang suka sekaligus membenci. Joko Widodo, di posisinya sebagai Presiden, dekat juga dengan hal-hal lucu. Itu juga modalnya dalam urusan memaparkan aneka keberhasilan program kebijakan kala memimpin kota Solo. Objek kelucuannya ialah sosok ajudan yang menurutnya lebih tepat sosoknya menjadi walikota. Kalau belum lupa, bisa itu diputar kembali rekamannya.
Masuk bulan November ini, sesuai lini masa jadwal penyelenggaraan pemilihan umum, menuju 14 Februari 2024, politik (kuasa) tawa terkini dipastikan lebih gayeng. KPU tak lama lagi menetapkan DCT (Daftar Calon Tetap), nama Caleg (calon legislatif) yang maju ke pemilihan umum serentak baik untuk DPRD kabupaten/kotamadya, DPRD tingkat provinsi, juga DPR dan DPD. Lalu masuk masa kampanye menuju Pemilu dan Pilpres.
Hal-hal serius bisa beralih ruang menjadi hal-hal lucu. Kok bisa?
Muhaimin Iskandar, cita-cita dan citra dirinya adalah capres, meski akhirnya ‘legawa’ hanya menjadi cawapres Anies Baswedan maka hadirlah slepet sarung. Siapa tak tertawa merespon aksinya.
Prabowo Subianto, yang maju lagi berkali-kali menjadi capres, lebih banyak menunjukkan aksi lucu-lucuan. Joget, ataupun celetuk lucu merespon media. Urusan tawa juga jadi keahlian Mahfud MD tatkala berkisah aneka hal, pun sikap Gibran Rakabuming Raka yang senang dengan cosplay seragam petugas parkir itu.
Di luar itu semua, jagat medsos semakin riuh dan kita bersama bisa lihat sudah hadir kosakata baru, akronim yang melahirkan tawa.
Awokwokwok!
Mkmkmkmkmk!
