Aku sedang berdiri di MRT yang berangkat dari stasiun Changi Airport menuju ke stasiun Tanah Merah, di Singapura. Cukup lama aku memandangi deretan bangunan tinggi perkantoran dan permukiman, yang di dalam dunia arsitektur disebut sebagai amplop. Kemudian mataku tertuju pada sebuah kata di salah satu satu sudut tembok MRT ini. Sebuah kata petunjuk. Kata itu ditulis dalam 4 bahasa: Inggris, Melayu, Mandarin, dan Tamil (Emergency, Kecemasan, 紧急, நெருக்கடி நிலை). Pemilihan kata “kecemasan” menarik perhatianku. Bagiku, pemilihan kata ini sebagai padanan Emergency lebih pas daripada kata “darurat” yang dipakai oleh orang Indonesia. Keesokan harinya, ketika aku sudah sampai di Kuala Lumpur, aku mendapati hal yang sama di ruang-ruang publik. Emergency = kecemasan.
