Kategori
Society

Keluarga Telah Gagal

Saya tahu ini tidak pantas diucapkan pada Moko – seorang pemuda yang baru lulus kuliah arsitektur yang tiba-tiba harus mengurus lima keponakannya (tiga sudah sekolah, satu baru lahir, satu titipan) karena kakak perempuan dan iparnya meninggal dunia, dan seorang bapak yang kabur meninggalkan anaknya. Moko telah membunuh mimpinya sendiri, yang telah ia angan-angankan bersama pacarnya. Ia percaya pada takdirnya, meskipun sungguh, lelahnya tak terkira.

Tetapi toh, saya akan tetap mengatakan ini pada Moko: untungnya, masih ada tembok di rumahmu yang bisa dibongkar untuk membuat ruang tamu yang lebih jembar. Ada sebuah keluarga, di Jakarta juga, yang bahkan tidak punya tembok untuk dihancurkan. Sebab, satu-satunya ruang di rumah yang mereka miliki adalah sepetak ruangan berukuran 2×3 meter saja. Anggota keluarga mereka bahkan lebih banyak daripada anggota keluargamu. Alhasil, jangankan menghancurkan tembok, tidur saja mereka bergantian karena satu ruangan itu tak cukup untuk menampung mereka semua.

Kategori
Society

Pasar Bebas yang Hakiki Bagi Setiap Gender

Dalam pertarungan memperebutkan segala yang duniawi, saya percaya seutuhnya bahwa kompetisi adalah keniscayaan. Bahkan untuk mencapai eksistensi di dunia sebagai manusia, sperma-sperma berebut dalam rahim untuk mendapat satu sel telur. Pertarungan tersebut sangat fair, karena berasal dari titik yang sama dalam menuju tujuan yang sama.

Begitulah seharusnya kompetisi bekerja. Setiap individu start di titik awal yang sama dalam kompetisi. Namun, tentu bentuk ideal seperti ini tidak benar-benar eksis di dunia. Terdapat individu/sekelompok individu yang sudah berada jauh di depan atau tertinggal di belakang garis start. Entah disebabkan oleh aspek-aspek natural (biologis) maupun konstruksi sosial.